Sekitar bulan September 1993, Jenderal Praljak memberikan izin kepada tiga reporter, termasuk Ed Vulliamy untuk memasuki kamp konsentrasi di Dretelj yang terletak dekat benteng tua Bosnia-Kroasia di Caplinja. Sebenarnya para jurnalis sudah berkali-kali mengajukan izin untuk memasuki kamp itu namun selalu ditolak.
Kamp ini menarik perhatian beberapa jurnalis setelah Presiden Kroasia saat itu, Franjo Tudjman menyarankan melihat kondisi tawanan muslim yang tidak dilindungi oleh konvensi Geneva. Tawanan ini adalah tentara muslim yang tadinya bergabung dengan koalisi Muslim Bosnia dan Bosnia Kroat ketika menghadapi Serbia.
"Beberapa waktu sebelumnya pintu telah ditutup selama 72 jam, membuat mereka tercekik karena panas dan bau busuk, minum air seni sendiri," tulis Vulliamy seperti dimuat di The Guardian edisi hari ini, Kamis (30/11/2017).
Dari kamp konsentrasi Drertlej rombongan jurnalis ini kemudian berpindah ke sebuah gubuk yang dibangun dekat galian di sebuah bukit. Pintu gubuk itu terbuka dan kondisi di dalamnya sangat gelap. Di dalamnya ratusan tawanan disekap.
Tahanan di dalam kondisinya mengerikan, tubuh mereka kurus kering, pandangan mata tak fokus, dan dihinggapi penyakit kulit. Para tawanan mengaku, pintu gubuk selalu terkunci. Pada malam hari jika ada tentara penjaga yang mabuk, mereka melepaskan tembakan. Beberapa tawanan tewas dan luka-luka.
"Kami melihat lubang peluru yang keriput di pintu logam, dan berdampak pada dinding belakang terowongan," lanjut Vulliamy.
Reportase Vulliamy dan dua reporter itu menuliskan laporannya di media masing-masing. Pada tahun 9 Mei 2006, Praljak berdiri berhadapan dengan Vulliamy di depan persidangan di Den Haag untuk mengkonfirmasi reportase Vulliamy tersebut.
Praljak tidak memberikan jawaban bantahan. Pertanyaan balik yang dilontarkannya tidak menggali seputar peliputan itu. Ada pun Vulliamy banyak memberikan kesaksian menegani pembantaian di daerah kantong pemukiman muslim di Timur kota Mostar. Wilayah itu berada dalam wewenang pasukan Praljak. Namun ia tidak dapat memastikan otoritas yang memerintahkan pembantaian itu.
Prajlak bersama lima mantan pemimpin Bosnia Kroasia dijatuhi hukuman bersalah atas kejahatan kemanusiaan selama konflik bekas pecahan Yugoslavia pada rentan 1990-an. Kala itu Praljak menjabat sebagai asisten menteri pertahanan Kroasia dan panglima militer Bosnia Kroasia.
Lima pemimpin lainnya Bosnia-Kroasia lainnya adalah Bruno Stojic, Jadranki Prlic, Valentino Coric, Milivoj Petkovic, dan Berislav Pusic.
Situs resmi Pengadilan Pidana Internasional untuk bekas Yugoslavia, ww.itcy.org, menyebutkan Praljak dianggap bersalah atas tuduhan yang ditujukan padanya. Ia dianggap bertanggungjawab atas pemindahan dan penahanan sipil muslim di Prozor, pembantaian di Kota Mostar, menyerang dan melukai anggota organisasi internasional, dan gagal mengakhiri komisi kejahatan angkatan bersenjata Muslim Bosnia-Bosnia Kroasia (HVO).
Pada Rabu (30/11/2017) waktu Den Haag, Belanda, Jenderal Slobodan Praljak menenggak racun setelah hakim Pengadilan Pidana Internasional untuk bekas Yugoslavia (ICTY) memutusnya bersalah atas kejahatan kemanusiaan.
0 Response to "Jejak-jejak Kejahatan Jenderal Praljak di Kamp Dretlej"
Post a Comment